Mengikuti
implementasi program reformasi yang komprehensif, pekerjaan yang sekarang
dilakukan oleh pegawai negeri membutuhkan nama ‘manajemen’. Fokus pada
pencapaian hasil dan memegang tanggung jawab individu atas pencapaiannya. Ada
beberapa aspek agenda manajerial yang mendapat kritikan.
1.
Dasar ekonomi manajerialisme
Landasan dalam
ekonomi membentuk satu kritikan terhadap pemikiran manajerialis. Ada dua kritik
utama terhadap dasar ekonomi manajerialisme. Pertama, bahwa ekonomi adalah ilmu
sosial yang salah dan penerapannya pada pemerintah juga salah. Kritik kedua,
bahwa penerapan ekonomi pada pemerintah salah dimengerti.
2.
Dasar manajemen swasta
Manajerialisme
yang berasal dari model bisnis swasta adalah sumber kritik. Sektor publik
berbeda sehingga model manajemen sektor swasta atau generik tidak relevan
dengan operasionalnya. Misalnya, menggani fokus organisasi dari input ke output
memiliki langkah yang berhubungan – menentukan strategi dan menetapkan tujuan,
merencanakan program untuk mencapai tujuan, menyusun struktur dan mendanai
program, mengukur kinerja dan mengevaluasi pencapaian. Semua langkah mengikuti
satu sama lain secara logika, jika tujuan dan hasil dapat ditentukan, maka
hal-hal lain juga diperlukan. Namun ini berarti bahwa jika tujuan sulit
dilaksanakan, hal lain menjadi tidak relevan karena tergantung pada adanya
tujuan yang jelas.
Fakta bahwa
teknik atau teori manajemen berasal dari sektor swasta adalah sumber beberapa
kritik. Ada perbedaan antara sektor swasta dan sektor publik yang menjadi
batasan terhadap apa yang diadopsi dan keberhasilannya. Sektor publik selalu
meminjam prinsip administrasi dari sektor swasta. Banyak teori sektor swasta
yang gagal diterapkan pada sektor publik, namun bukan berarti sektor publik
harus dikelola dengan cara tradisional. Setiap teknik perlu dimodifikasi untuk
sesuai dengan lingkungan barunya.
3.
Neo-Taylorisme
Manajerialisme
dikritik mewakili ide-ide manajemen ilmiah dari Taylor. Dikatakan bahwa
menggunakan teori ini berarti mengabaikan perkembangan perilaku organisasi
sejak era Taylor. Sistem Taylor sesuai untuk birokrasi formal dan ini alasan
digunakannya oleh pelayanan publik di awal abad 20. Dalam tujuannya untuk
menjadi flkesibel, manajemen publik baru akan kurang menggunakan prinsip Taylor
dibandingkan administrasi publik tradisional sebelumnya. Jika bentuk kegiatan
kewirausahaan pemerintah yang digambarkan Osborne dan Gaebler banyak digunakan,
hasilnya akan sangat bertentangan dengan prinsip Taylor.
4.
Politisasi
Perubahan sektor
publik mencakup “mempolitisasi’nya; melibatkannya secara langsung dalam masalah
politik partai. Pemimpin politik sekarang mulai lebih memilih kepala departemen
mereka, dan mengharuskan simpati terhadap tujuan-tujuan politik mereka. Ini
menghilangkan penekanan model tradisional pada administrasi netralitas dan
non-partisan. Ada dua sisi permasalahan politisasi.
Di satu sisi,
dapat dikatakan bahwa pihak yang membuat argumen tentang ‘politisasi’
mengabaikan fakta bahwa pelayanan publik secara mendasar merupakan instrumen
politik. Tidak ada kepentingan publik di atas dan di luar pemerintah saat itu.
Apapun partai yang berkuasa, ‘politisasi’ terus akan berlangsung dan bahkan
dipercepat.
Di sisi lain
argumen, dimungkinkan bahwa politisasi dapat mengarah pada permasalahan dari
apa yang berusaha diperbaiki oleh Woodrow Wilson. Wilson berpendapat bahwa
pemisahan antara politik dan administrasi sebagai reformasi terhadap sistem yang
hancur dan mengurangi korupsi yang disebabkan sistem tersebut. Jika manajer
dibuat bertanggung jawab atas hasil mereka, dan sistem menjadi lebih politik
dan pribadi, jenis permasalahan yang sama akan terjadi. Jika ini terjadi karena
pegawai negeri terlalu politik, akan ada tuntutan untuk kembali pada ide
netralitas. Politisasi tetap menjadi masalah potensial.
5.
Berkurangnya akuntabilitas
Ini keprihatinan
tentang apakah konsep dan prosedur manajerial baru sesuai dengan sistem
akuntabilitas. Ada beberapa kesulitan di sini. Konflik dapat terjadi antara
konsep manajemen publik dan akuntabilitas publik. Jika pegawai negeri menjadi
akuntabel secara manajerial, ini akan bergeser dari akuntabilitas politisi yang
bertanggung jawab. Akuntabilitas menjadi masalah nyata, meski tidak banyak
karena sistem lama sangat tidak realistis dan tidak menjamin akuntabilitas sama
sekali. Selain itu, perubahan manajerial menjanjikan lebih transparan, sehingga
pencapaian program tertentu dapat dilihat. Ini meningkatkan akuntabilitas
karena publik memiliki ide yang lebih baik tentang apa yang dikerjakan
pemerintah, sementara fokus eksternal yang lebih besar berarti kepentingan
mereka lebih sangat diperhatikan.
6.
Masalah implementasi
Sejauh ini
perubahan manajerial dimulai dari atas, kurang memperhatikan pada implementasi.
Perbaikan strategi atau penganggaran dapat terjadi di atas, tetapi pada
tingkatan lebih rendah, implementasi atau manajemen kinerja juga diperlukan.
Evaluasi program masih dianggap tidak biasa dan ketika dijalankan belum
komprehensif. Pelatihan yang lebih baik harus terjadi sebagai bagian
keseluruhan paket, terutama pelatihan manajemen bagi staf senior, tetapi ketika
sumber daya dikurangi, kegiatan tersebut dianggap barang mewah.
7.
Spesifikasi yang tidak jelas
Kritik terakhir
adalah spesifikasi yang tidak jelas tentang model manajerial. Tidak ada
definisi nyata tentang manajemen publik baru atau manajerialisme. Ada sejumlah
daftar bentuk kegiatan yang dicakup – pengukuran kinerja, insentif,
penganggaran program dan seterusnya – tetapi tidak ada definisi yang jelas.
Namun, manajemen publik baru tidak sama dengan administrasi publik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar