Teori Manajemen Ilmiah (teori klasik organisasi 3)
Diterbitkan 9 November, 2008 komunikasi organisasi 13 CommentsTag:manajemen ilmiah, teori, teori klasik
Teori
manajemen ilmiah adalah bagian ketiga dari tiga bagian dasar dari teori
klasik organisasi (Hick dan Gullett, 1975). Manajemen ilmiah berbagi
dengan teori administrasi dan teori birokrasi yang menekankan pada sisi
logika, perintah dan hirarki dalam organisasi. Seperti halnya dalam
teori administrasi, di dalam manajemen ilmiah terdapat bias perbedaan
pada praktek manajemennya. Fokus manajemen ilmiah lebih mikroskopis
ketimbang fokus teori administrasi. Ketika teori administrasi
menjelaskan cara-cara organisasi yang harus dibangun, manajemen ilmiah
menjelaskan cara-cara spesifik dari tugas organisasi yang harus dibangun
guna meningkatkan efisiensi pencapaian hasilnya.
Pendukung
yang paling berpengaruh dari teori manajemen ilmiah ini adalah
Frederick Winslow Taylor. Insinyur mekanik Amerika yang menyatakan bahwa
pengamatan ilmiah, analisis dan intervensi harus digunakan untuk
meningkatkan cara-cara di mana tugas harus diselesaikan dalam organisasi
industri. ia menaruh perhatian pada operasi yang tidak sistematis dari
organisasi dalam dua dekade pertama abad dua puluh.
Taylor
merasa bahwa adanya kesia-siaan dan tidak efisiennya cara organisasi
dalam menyelesaikan bisnis mereka karena lemahnya rancangan kerja dalam
organisasi dan lemahnya lingkungan kerja anggota organisasi. Ia
mengatakan bahwa dengan memberikan usaha terbaik kepada para pekerja
dalam menyelesaikan rancangan yang baik, aktivitas yang terkait dengan
pekerjaan, maka organisasi bisa menghemat uang dan meningkatkan
produktivitas, sedangkan pekerja bisa menerima gaji yang lebih tinggi
berdasarkan kinerja yang mereka perlihatkan dengan lebih baik. Ia
mengusulkan untuk membayar pekerja sesuai jumlah pekerjaan yang
dilakukan, ketimbang jumlah jam kerjanya. Karenanya, jika pekerja lebih
produktif dalam penyelesaian tugas mereka bisa mendapat banyak uang.
Pengujian
secara ilmiah bentuk pekerjaan organisasi yang spesifik menurut Taylor
harus dirancang mulai dari tugasnya sehingga mampu meningkatkan
efisiensi dan produktivitas. ketika langkah penyelesaian tugas telah
ditentukan dengan benar, maka studi waktu dan gerak dapat dipakai untuk
mengetahui tingkat optimal penyelesaian tugasnya. Dengan menentukan
tingkat kinerjanya, Taylor mengatakan, bahwa insentif yang diterima bisa
diberikan kepada para pekerja yang menunjukkan peningkatan. Ia
memberikan penilaian penting bahwa “Waktu adalah uang.,” sehingga
membangun semangat manajemen ilmiah (Cummings, Long, dan Lewis,
1983:74). Taylor berusaha mempengaruhi semua anggota organisasi untuk
menerima keyakinan manajemen ilmiah untuk mempromosikan implementasinya.
Dalam arti, Taylor telah mendukung “revolusi mental” menurut cara di
mana aktivitas organisasi dapat dirumuskan dan dipraktekkan dengan
benar.
Taylor menulis tentang banyak kisah-kisah sukses hingga dokumen yang berguna dari praktek manajemen ilmiah. Sebagai contoh, dalam Manajemen Ilmiah (1974,
yang pertama dipublikasikan pada tahun 1911), ia menjelaskan tentang
penggunaan tehnik manajemen ilmiah untuk menguji bagaimana ball bearing
diperiksa. Setelah metode kerja secara ilmiah dievaluasi dan tugas
dirancang menurut prosedur yang paling efisien, sebanyak 35 pekerja
mampu melaksanakan tugas yang telah diselesaikan oleh 120 pekerja,
dengan peningkatan kualitas kerja lebih dari dua pertiganya (Hick dan
Gullett, 1975).
Demikian
pula halnya dalam studi yang sekarang ini dilakukan di pabrik mesin
Bethlehem Steel Corporation, Taylor kembali memperlihatkan kegunaan dari
teknik manajemen ilmiah dalam meningkatkan produktivitas pekerja dan
meningkatkan efisiensinya. Melalui studi gerak dan waktu di bagian
pengolahan batu bara dan bijih besi di perusahaan baja, ia
memperlihatkan bahwa bobot shovel dengan material yang diangkut oleh
pekerja bervariasi dari 16 hingga 38 pound (Rogers dan Agarwala-Roger,
1976). Sebelum efisiensi maksimum dalam pengangkutan terjadi bobot
angkutan bisa melebihi 20 pound. Berdasarkan material spesifik yang
telah diangkut pekerja, shovel berbeda memperlihatkan daya angkut
rata-rata 21 pound material. Para pekerja menerima perintah untuk
mengangkut shovel yang akan digunakan untuk mengangkut material, maupun
tehnik pengangkutan yang lebih efektif. Selain itu, pemberian insentif
membuat para pekerja mengangkat beban di atas rata-rata.
Hasil
intervensi Taylor di Bethlehem Steel Corporation sangat luar biasa.
Jumlah material yang diangkut per hari naik dari 16 menjadi 59 ton.
Bahkan setelah studi gerak dan waktu Taylor, dan upah insentif pekerja
yang diterima, perusahaan mampu memangkas biaya penanganan menjadi
separuhnya. Selain itu, situasi tersebut mampu mengurangi jumlah pekerja
yang diperlukan untuk mengangkut material hingga lebih dari 65 persen
sampai 75 persen (Koehler, Anatol, dan Applbaum, 1981). Hasil tersebut
memberikan bukti dramatis bahwa tehnik manajemen ilmiah bisa
meningkatkan efisiensi dan produktivitas dalam organisasi industri.
Taylor
memperkenalkan beberapa prinsip dasar dan konsep manajemen yang penting
dalam Manajemen Ilmiah (1911) yang telah melalui banyak pengujian.
Pertama,
ilmu harus menekankan pada rule of thumb dalam memandu rancangan tugas
dan aktivitas organisasi. Efektivitas operasi organisasi harus diukur
secara obyektif dan ilmiah.
Kedua,
harmonisasi harus ditingkatkan dalam organisasi dengan menciptakan
kaidah, aturan dan peran formal anggota organisasi secara ilmiah dengan
basis dan penunjukkan yang jelas.
Ketiga,
perusahaan harus menekankan pada individualisme. Manajemen harus
bekerja sama dengan pekerja untuk memastikan bahwa tugas diselesaikan
dengan sangat efisien, dan berbasis pada cara ilmiah. (Bandingkan
prinsip ini dengan sentimen tentang tidak pentingnya individu dalam
teori birokrasi Weber dan teori administrasi Fayol; lihat Tabel 3.1).
Keempat, pencapaian hasil maksimum, termasuk output terbatas, harus menjadi tujuan utama organisasi.
Kelima,
semua pekeja harus ditingkatkan kemampuan produksi maksimum dan potensi
kerjanya sehingga dengan demikian mereka bisa mencapai efisiensi dan
kesesuaian yang lebih baik. Ini dapat dicapai dengan pemilihan dan
pelatihan pekerja secara ilmiah untuk tugas-tugas khusus. Hanya pekerja
kelas satu yang harus diberikan pekerjaan dalam organisasi.
Keenam,
perlunya divisi kerja di antara manajer dan para pekerjanya; manajer
harus bertanggung jawab atas penyelesaian tugas dimana mereka memiliki
dukungan yang lebih baik untuk menangani tugas ketimbang yang dimiliki
bawahannya. Perencanaan dan tugas administrasi harus dilakukan oleh
manajer yang terlatih dan ahli dalam tugas, sedangkan pekerja harus
diarahkan untuk menyelesaikan tugas yang dirancang oleh manajer.
Ketujuh,
perhatian harus diberikan untuk menghilangkan semua bentuk shouldering
dalam aktivitas organisasi. Anggota organisasi bekerja serius dan
memberikan kemampuan yang terbaik. (Bandingkan prinsip ini dengan
prinsip “profesionalisme” Weber dan prinsip “inisiatif” Fayol; lihat
Tabel 3.1).
Kedelapan,
pekerja harus diberi gaji atas pekerjaan yang dilakukannya melalui
penggunaan piece rate. Berdasarkan tingkat yang ditetapkan dalam studi
waktu dan gerak, standar minimum produksi harus ditentukan, dan pekerja
harus dihargai menurut kemampuan standar minimum. “Bonus” kepada pekerja
dapat pula diberikan jika standar produksi minimum terlampaui.
Konsep
manajemen ilmiah Taylor menekankan pentingnya struktur dan desain dalam
penyelesaian tugas organisasi. Penelitiannya memberi andil bagi
pengembangan tehnik manajemen dalam standarisasi kerja, perencanaan
tugas, studi waktu dan gerak, piece rate, dan penghematan biaya dan
terbentuknya bidang studi seperti pengawasan, tehnik industri, manajemen
industri, dan manajemen personal.
Frank
dan Lillian Gilbreth mendukung Taylor yang berusaha menerapkan prinsip
manajemen ilmiahnya bagi praktek organisasi. Mereka menyempurnakan studi
waktu dan gerak dalam ilmu pengetahuan yang menggunakan analisis gambar
gerak untuk mengevaluasi kinerja pegawai (Spriegel dan Myer, 1953;
Gillbreth, 1915). Mereka menekankan pentingnya faktor manusia dalam
manajemen dan studi pekerja (Hick dan Gullett, 1975). Bersama dengan
Taylor, mereka membantu mempopulerkan tehnik manajemen ilmiah dalam
tatanan organisasi.
Akan
tetapi, banyak situasi organisasi tidak tampak menguntungkan dari segi
penelitian Taylor dan para pendukungnya. Manajemen ilmiah secara khusus
telah diterapkan untuk organisasi industri yang memiliki pekerjaan
“rutin, berulang, distandarkan, dan mungkin pekerjaan tersebut akan
bertambah besar di masyarakat di mana mesin-mesin kini sudah banyak
digunakan untuk menyelesaikan proses pekerjaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar