Konflik merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindarkan dalam
kehidupan. Bahkan sepanjang kehidupan, manusia senantiasa dihadapkan dan
bergelut dengan konflik. Demikian halnya dengan kehidupan organisasi.
Anggota organisasi senantiasa dihadapkan pada konflik. Perubahan atau
inovasi baru sangat rentan menimbulkan konflik (destruktif), apalagi
jika tidak disertai pemahaman yang memadai terhadap ide-ide yang
berkembang.
Manajemen konflik sangat berpengaruh bagi
anggota organisasi. Pemimpin organisasi dituntut menguasai manajemen
konflik agar konflik yang muncul dapat berdampak positif untuk
meningkatkan mutu organisasi.
Manajemen konflik merupakan
serangkaian aksi dan reaksi antara pelaku maupun pihak luar dalam suatu
konflik. Manajemen konflik termasuk pada suatu pendekatan yang
berorientasi pada proses yang mengarahkan pada bentuk komunikasi
(termasuk tingkah laku) dari pelaku maupun pihak luar dan bagaimana
mereka mempengaruhi kepentingan (interests) dan interpretasi. Bagi pihak
luar (di luar yang berkonflik) sebagai pihak ketiga, yang diperlukannya
adalah informasi yang akurat tentang situasi konflik. Hal ini karena
komunikasi efektif di antara pelaku dapat terjadi jika ada kepercayaan
terhadap pihak ketiga.
Menurut Ross (1993), manajemen konflik
merupakan langkah-langkah yang diambil para pelaku atau pihak ketiga
dalam rangka mengarahkan perselisihan ke arah hasil tertentu yang
mungkin atau tidak mungkin menghasilkan suatu akhir berupa penyelesaian
konflik dan mungkin atau tidak mungkin menghasilkan ketenangan, hal
positif, kreatif, bermufakat, atau agresif. Manajemen konflik dapat
melibatkan bantuan diri sendiri, kerjasama dalam memecahkan masalah
(dengan atau tanpa bantuan pihak ketiga) atau pengambilan keputusan oleh
pihak ketiga. Suatu pendekatan yang berorientasi pada proses manajemen
konflik menunjuk pada pola komunikasi (termasuk perilaku) para pelaku
dan bagaimana mereka mempengaruhi kepentingan dan penafsiran terhadap
konflik.
Sementara Minnery (1980:220) menyatakan bahwa manajemen
konflik merupakan proses, sama halnya dengan perencanaan kota merupakan
proses. Minnery (1980:220) juga berpendapat bahwa proses manajemen
konflik perencanaan kota merupakan bagian yang rasional dan bersifat
iteratif, artinya bahwa pendekatan model manajemen konflik perencanaan
kota secara terus menerus mengalami penyempurnaan sampai mencapai model
yang representatif dan ideal. Sama halnya dengan proses manajemen
konflik yang telah dijelaskan diatas, bahwa manajemen konflik
perencanaan kota meliputi beberapa langkah yaitu: penerimaan terhadap
keberadaan konflik (dihindari atau ditekan/didiamkan), klarifikasi
karakteristik dan struktur konflik, evaluasi konflik (jika bermanfaat
maka dilanjutkan dengan proses selanjutnya), menentukan aksi yang
dipersyaratkan untuk mengelola konflik, serta menentukan peran perencana
sebagai partisipan atau pihak ketiga dalam mengelola konflik.
Keseluruhan proses tersebut berlangsung dalam konteks perencanaan kota
dan melibatkan perencana sebagai aktor yang mengelola konflik baik
sebagai partisipan atau pihak ketiga.
Pengelolaan Konflik
Konflik dapat dicegah atau dikelola dengan:
• Disiplin
Mempertahankan
disiplin dapat digunakan untuk mengelola dan mencegah konflik.
Manajer perawat harus mengetahui dan memahami peraturan-peraturan yang
ada dalam organisasi. Jika belum jelas, mereka harus mencari bantuan
untuk memahaminya.
• Pertimbangan Pengalaman dalam Tahapan Kehidupan
Konflik
dapat dikelola dengan mendukung perawat untuk mencapai tujuan sesuai
dengan pengalaman dan tahapan hidupnya. Misalnya; Perawat junior yang
berprestasi dapat dipromosikan untuk mengikuti pendidikan kejenjang
yang lebih tinggi, sedangkan bagi perawat senior yang berprestasi dapat
dipromosikan untuk menduduki jabatan yang lebih tinggi.
• Komunikasi
Suatu
Komunikasi yang baik akan menciptakan lingkungan yang terapetik dan
kondusif. Suatu upaya yang dapat dilakukan manajer untuk menghindari
konflik adalah dengan menerapkan komunikasi yang efektif dalam kegitan
sehari-hari yang akhirnya dapat dijadikan sebagai satu cara hidup.
• Mendengarkan secara aktif
Mendengarkan
secara aktif merupakan hal penting untuk mengelola konflik. Untuk
memastikan bahwa penerimaan para manajer perawat telah memiliki
pemahaman yang benar, mereka dapat merumuskan kembali permasalahan para
pegawai sebagai tanda bahwa mereka telah mendengarkan.
Teknik atau Keahlian untuk Mengelola Konflik
• Pendekatan dalam resolusi konflik tergantung pada :
• Konflik itu sendiri
• Karakteristik orang-orang yang terlibat di dalamnya
• Keahlian individu yang terlibat dalam penyelesaian konflik
• Pentingnya isu yang menimbulkan konflik
• Ketersediaan waktu dan tenaga
Metode untuk Menangani Konflik
Metode yang sering digunakan untuk
menangani konflik adalah pertama dengan mengurangi konflik; kedua dengan
menyelesaikan konflik. Untuk metode pengurangan konflik salah satu cara
yang sering efektif adalah dengan mendinginkan persoalan terlebih
dahulu (cooling thing down). Meskipun demikian cara semacam ini
sebenarnya belum menyentuh persoalan yang sebenarnya. Cara lain adalah
dengan membuat “musuh bersama”, sehingga para anggota di dalam kelompok
tersebut bersatu untuk menghadapi “musuh” tersebut. Cara semacam ini
sebenarnya juga hanya mengalihkan perhatian para anggota kelompok yang
sedang mengalami konflik.
Cara kedua dengan metode penyelesaian konflik. Cara yang ditempuh adalah sebagai berikut :
1. Dominasi (Penekanan)
Metode-metode
dominasi biasanya memilki dua macam persamaan, yaitu : (a) Mereka
menekan konflik, dan bahkan menyelesaikannya dengan jalan memaksakan
konflik tersebut menghilang “di bawah tanah”; (b) Mereka menimbulkan
suatu situasi manang-kalah, di mana pihak yang kalah terpaksa mengalah
kaena otoritas lebih tinggi, atau pihak yang lebih besar kekuasaanya,
dan mereka biasanya menjadi tidak puas, dan sikap bermusuhan muncul.
Tindakan dominasi dapat terjadi dengan macam-macam cara sebagai berikut :
a. Memaksa (Forcing)
Apabila
orang yang berkuasa pada pokoknya menyatakan “Sudah, jangan banyak
bicara, saya berkuasa di sini, dan Saudara harus melaksanakan perintah
saya”, maka semua argumen habis sudah. Supresi otokratis demikian memang
dapat menyebabkan timbulnya ekspresi-ekspresi konflik yang tidak
langsung, tetapi destruktif seperti misalnya ketaatan dengan sikap
permusuhan (Malicious obedience) Gejala tersebut merupakan salah satu
di antara banyak macam bentuk konflik, yang dapat menyebar, apabila
supresi (peneanan) konflik terus-menerusa diterapkan.
b. Membujuk (Smoothing)
Dalam
kasus membujuk, yang merupakan sebuah cara untuk menekan (mensupresi)
konflik dengan cara yang lebih diplomatic, sang manager mencoba
mengurangi luas dan pentingnya ketidaksetujuan yang ada, dan ia mencoba
secara sepihak membujuk phak lain, untuk mengkuti keinginannya. Apabila
sang manager memilki lebih banyak informasi dibandingkan dengan pihak
lain tersebut, dan sarannya cukup masuk akal, maka metode tersebut dapat
bersifat efektif. Tetapi andaikata terdapat perasaan bahwa sang menejer
menguntungkan pihak tertentu, atau tidak memahami persoalan yang
berlaku, maka pihak lain yang kalah akan menentangnya.
c. Menghindari (Avoidence)
Apabila
kelompok-kelompok yang sedang bertengkar datang pada seorang manajer
untuk meminta keputusannya, tetapi ternyata bahwa sang manajer menolak
untuk turut campur dalam persoalan tersebut, maka setiap pihak akan
mengalami perasaan tidak puas. Memang perlu diakui bahwa sikap pura-pura
bahwa tidak ada konflik, merupakan seuah bentuk tindakan menghindari.
Bentuk lain adalah penolakan (refusal) untuk menghadapi konflik, dengan
jalan mengulur-ulur waktu, dan berulangkali menangguhkan tindakan,
“sampai diperoleh lebih banyak informasi”
d. Keinginan Mayoritas (Majority Rule)
Upaya
untuk menyelesaikan konflik kelompok melalui pemungutan suara, dimana
suara terbanyak menang (majority vote) dapat merupakan sebuah cara
efektif, apabla para angota menganggap prosedur yang bersangkutan
sebagai prosedur yang “fair” Tetapi, apabila salah satu blok yang
memberi suara terus-menerus mencapai kemenangan, maka pihak yang kalah
akan merasa diri lemah dan mereka akan mengalami frustrasi.
2. Penyelesaian secara integratif
Dengan
menyelesaikan konflik secara integratif, konflik antar kelompok diubah
menjadi situasi pemecahan persoalan bersama yang bisa dipecahkan dengan
bantuan tehnik-tehnik pemecahan masalah (problem solving). Pihak-pihak
yang bertentangan bersama-sama mencoba memecahkan masalahnya,dan bukan
hanya mencoba menekan konflik atau berkompromi. Meskipun hal ini
merupakan cara yang terbaik bagi organisasi, dalam prakteknya sering
sulit tercapai secara memuaskan karena kurang adanya kemauan yang
sunguh-sungguh dan jujur untuk memecahkan persoalan yang menimbulkan
persoalan. . Ada tiga macam tipe metode penyelesaian konflik secara
integrative yaitu metode (a) Consensus (concencus); (b) Konfrontasi
(Confrontation); dan (c) Penggunaan tujuan-tujuan superordinat
(Superordinate goals) (Winardi, 1994 : 84- 89)
3. Kompetisi
Penyelesaian
konflik yang menggambarkan satu pihak mengalahkan atau mengorbankan
yang lain. Penyelesaian bentuk kompetisi dikenal dengan istilah win-lose
orientation.
Win-Lose Orientation
Terdiri dari lima orientasi sebagai berikut:
a. Win-Lose (Menang – Kalah)
Paradigma
ini mengatakan jika “saya menang, anda kalah “. Dalam gaya ini
seseorang cenderung menggunakan kekuasaan, jabatan, mandat, barang
milik, atau kepribadian untuk mendapatkan apa yang diinginkan dengan
mengorbankan orang lain. Dengan paradigma ini seseorang akan merasa
berarti jika ia bisa menang dan orang lain kalah. Ia akan merasa
terancam dan iri jika orang lain menang sebab ia berpikir jika orang
lain menang pasti dirinya kalah. Jika menang pun sebenarnya ia diliputi
rasa bersalah karena ia menganggap kemenangannya pasti mengorbankan
orang lain. Pihak yang kalah pun akan menyimpan rasa kecewa, sakit hati,
dan merasa diabaikan.
Sikap Menang-Kalah dapat muncul dalam bentuk :
• Menggunakan orang lain , baik secara emosional atau pun fisik, untuk kepentingan diri.
• Mencoba untuk berada di atas orang lain.
• Menjelek-jelekkan orang lain supaya diri sendiri nampak baik.
• Selalu mencoba memaksakan kehendak tanpa memperhatikan perasaan orang lain.
• Iri dan dengki ketika orang lain berhasil
b. Lose-Win (Kalah – Menang).
Dalam
gaya ini seseorang tidak mempunyai tuntutan, visi, dan harapan. Ia
cenderung cepat menyenangkan atau memenuhi tuntutan orang lain. Mereka
mencari kekuatan dari popularitas atau penerimaan. Karena paradigma ini
lebih mementingkan popularitas dan penerimaan maka menang bukanlah yang
utama. Akibatnya banyak perasaan yang terpendam dan tidak terungkapkan
sehingga akan menyebabkan penyakit psikosomatik seperti sesak napas,
saraf, gangguan sistem peredaran darah yang merupakan perwujudan dari
kekecewaan dan kemarahan yang mendalam.
c. Lose-Lose (Kalah – Kalah)
Biasanya
terjadi jika orang yang bertemu sama-sama punya paradigma Menang-Kalah.
Karena keduanya tidak bisa bernegosiasi secara sehat, maka mereka
berprinsip jika tidak ada yang menang , lebih baik semuanya kalah.
Mereka berpusat pada musuh, yang ada hanya perasaan dendam tanpa
menyadari jika orang lain kalah dan dirinya kalah sama saja dengan bunuh
diri.
d. Win (Menang)
Orang bermentalitas menang tidak harus
menginginkan orang lain kalah. Yang penting adalah mereka mendapatkan
apa yang mereka inginkan. Orang bermentalitas menang menjadi egois dan
akan mencapai tujuannya sendiri. Jika hal ini menjadi pola hidupnya maka
ia tidak akan bisa akrab dengan orang lain, merasa kesepian, dan sulit
kerja sama dalam tim.
e. Win-Win (Menang-Menang)
Menang-Menang
adalah kerangka pikiran dan hati yang terus menerus mencari keuntungan
bersama dalam semua interaksi. Menang-Menang berarti mengusahakan semua
pihak merasa senang dan puas dengan pemecahan masalah atau keputusan
yang diambil. Paradigma ini memandang kehidupan sebagai arena kerja sama
bukan persaingan. Paradigma ini akan menimbulkan kepuasan pada kedua
belah pihak dan akan meningkatkan kerja sama kreatif.
4. Kompromi
Melalui
kompromi mencoba menyelesaikan konflik dengan menemukan dasar yang di
tengah dari dua pihak yang berkonflik. Cara ini lebih memperkecil
kemungkinan untuk munculnya permusuhan yang terpendam dari dua belah
pihak yang berkonflik, karena tidak ada yang merasa menang maupun kalah.
Meskipun demikian, dipandang dari pertimbangan organisasi pemecahan ini
bukanlah cara yang terbaik, karena tidak membuat penyelesaian yang
terbaik pula bagi organisasi, hanya untuk menyenangkan kedua belah pihak
yang saling bertentangan atau berkonflik.
Yang termasuk kompromi diantaranya adalah:
a. Akomodasi
Penyelesaian konflik yang menggambarkan kompetisi
bayangan cermin yang memberikan keseluruhannya penyelesaian pada pihak
lain tanpa ada usaha memperjuangkan tujuannya sendiri. Proses tersebut
adalah taktik perdamaian.
b. Sharing
Suatu pendekatan penyelesaian
kompromistis antara dominasi kelompok dan kelompok damai. Satu pihak
memberi dan yang lain menerima sesuatu. Kedua kelompok berpikiran
moderat, tidak lengkap, tetapi memuaskan.
5. Konflik Antara Karyawan dengan Pimpinan
Konflik
jenis ini relatif sulit karena sering tidak dinyatakan secara terbuka.
Umumnya karyawan pihak karyawan lebih cenderung untuk diam, meskipun
mengalami pertentangan dengan pihak atasan. Yang penting bagi suatu
organisasi adalah agar setiap konflik hendaknya bisa diselesaikan dengan
baik. Kebanyakan suatu konflik menjadi makin berat karena lama
terpendam. Karena itulah penting bagi suatu organisasi “menemukan”
konflik atau sumbernya sedini mungkin. Cara yang ditempuh adalah dengan
menggalakkan saluran komunikasi ke atas ( up ward channel of
communication ). Menurut Heidjrachman Ranupandojo ada beberapa cara yang
bisa dipakai untuk menemukan konflik atau sumbernya, yaitu :
o Membuat prosedur penyelesaian konflik (grievance procedure)
Dengan
adanya “grievance procedure” ini memberanikan karyawan untuk mengadu
kalau dirasakan adanya ketidak adilan. Keberanian untuk segera
memberitahukan masalah, merupakan suatu keuntungan bagi
organisasi/perusahaan.
o Observasi langsung
Tidak semua konflik
disuarakan oleh karyawan. Oleh karena itu ketajaman observasi dari
pimpinan akan dapat mendeteksi ada tidaknya suatu (sumber) konflik,
sehingga dapat segera ditangani sebelum mengalami eskalasi.
o Kotak saran (suggestion box)
Cara
semacam ini banyak digunakan oleh perusahaan atau lembaga-lembaga lain.
Cara ini cukup efektif karena para karyawan ataupun para pengadu tidak
perlu bertatap muka dengan pimpinan. Bahkan bisa merahasiakan
identitasnya. Namun, lembaga juga harus hati-hati karena adanya
kemungkinan adanya “fitnah” dari kotak saran tersebut.
o Politik pintu terbuka
Politik
pintu terbuka memang sering diumumkan, tetapi hasilnya sering tidak
memuaskan. Hal ini sering terjadi karena pihak pimpinan tidak
sungguh-sungguh dalam “membuka” pintunya. Paling tidak ini dirasakan
oleh karyawan. Juga adanya keseganan dari pihak karyawan sering menjadi
penghalang terhadap keberhasilan cara semacam ini.
o Mengangkat konsultan personalia
Konsultan
personalia pada umumnya seorang ahli dalam bidang psikologi dan
biasanya merupakan staf dari bagian personalia. Kadang-kaang karyawan
segan pergi menemui atasannya, tetapi bisa menceritakan kesulitannya
pada konsultan psikologi ini.
o Mengangkat “ombudsman”
Ombudsman
adalah orang yang bertugas membantu “mendengarkan” kesulitan-kesulitan
yang ada atau dialami oleh karyawan untuk diberitahukan kepada pimpinan.
Ombudsman biasanya adalah orang yang disegani karena kejujuran dan
keadilannya.
Langkah-langkah Manajemen Untuk Menangani Konflik
a. Menerima dan mendefinisikan pokok masalah yang menimbulkan ketidak puasan.
Langkah
ini sangat penting karena kekeliruan dalam mengetahui masalah yang
sebenarnya akan menimbulkan kekeliruan pula dalam merumuskan cara
pemecahannya.
b. Mengumpulkan keterangan/fakta
Fakta yang
dikumpulkan haruslah lengkap dan akurat, tetapi juga harus dihindari
tercampurnya dengan opini atau pendapat. Opini atau pendapat sudah
dimasuki unsur subyektif. Oleh karena itu pengumpulan fakta haruslah
dilakukan denganm hati-hati
c. Menganalisis dan memutuskan
Dengan
diketahuinya masalah dan terkumpulnya data, manajemen haruslah mulai
melakukan evaluasi terhadap keadaan. Sering kali dari hasil analisa
bisa mendapatkan berbagai alternatif pemecahan.
d. Memberikan jawaban
Meskipun manajemen kemudian sudah memutuskan, keputusan ini haruslah dibertahukan kepada anggota organisasi.
e. Tindak lanjut
Langkah ini diperlukan untuk mengawasi akibat dari keputusan yang telah diperbuat.
f. Pendisiplinan
Konflik
dalam organisasi apabila tidak ditangani dengan baik bisa menimbulkan
tindakan pelecehan terhadap aturan main yang telah disepakati bersama.
Oleh karena itu pelecehan ataupun pelanggaran terhadap peraturan
permainan (peraturan organisasi) haruslah dikenai tindakan pendisiplinan
agar peraturan tersebut memiliki wibawa.
Tindakan pendisiplinan
dapat dibedakan menjadi dua, yaitu pendisiplinan yang bersifat positif
dan yang bersifat negatif. Yang positif adalah dengan memberi nasihat
untuk kebaikan pada masa yang akan datang, sedangkan cara-cara yang
negatif mulai dari yang ringan sampai yang berat, antara lain dengan :
* diberi peringatan secara lesan
* diberi peringatan secara tertulis
* dihilangkan/dikurangi sebagian haknya
* didenda
* dirumahkan sementara ( lay-off )
* diturunkan pangkat/jabatannya
* diberhentikan dengan hormat
* diberhentikan tidak dengan hormat
Menurut Heidjarachman Ranupandojo pendisiplinan perlu memperhatikan beberapa pedoman, seperti :
*
Pendisiplinan hendaknya dilakukan secara pribadi/individual. Tidak
seharusnya memberikan teguran kepada bawahan di hadapan orang banyak.
Hal ini akan memalukan bawahan yang ditegur (meskipun mungkin benar
bersalah), sehingga bisa menimbulkan rasa dendam.
* Pendisiplinan
haruslah bersifat membangun. Memberikan teguran hendaknya juga disertai
dengan saran tentang bagaimana seharusnya berbuat untuk tidak mengulangi
kesalahan yang sama untuk waktu yang akan datang.
* Pendisiplinan
haruslah dilakukan oleh atasan langsung dengan segera. Jangan
menunda-nunda pemberian pendisiplinan sampai masalahnya terlupakan.
Sewaktu kesalahan masih segar teguran akan lebih efektif daripada
diberikan selang beberapa waktu.
* Keadilan dalam pendisiplinan
sangat diperlukan. Suatu kesalahan yang sama hendaknya diberikan hukuman
yang sama pula. Jangan melakukan pendisiplinan dengan pilih kasih.
* Pimpinan tidak seharusnya memberikan pendisiplinan pada waktu bawahan sedang absen.
* Setelah pendisiplinan sikap pimpinan haruslah wajar kembali.
Tidak
dibenarkan apabila setelah melakukan pendisiplinan pimpinan tetap
bersikap membenci bawahan yang telah melakukan kesalahan. Rasa membenci
hanya akan menimbulkan perlakuan yang tidak adil.
APLIKASI MANAJEMEN KONFLIK
Salah satu contoh organisasi yang dapat mengelola konflik dengan baik
adalah UKM Pramuka UGM. Unit kegiatan Mahasiswa yang hampir mencapai
usia ke-26 tahun ini ternyata memiliki mekanisme unik dalam merespon
konflik yang ada di tubuhnya. Baik konflik internal anggota,
anggota-pimpinan, maupun antar pimpinan itu sendiri.
Dalam mengambil
beberapa kputusan, acapkali sebuah organisasi kesulitan dalam
mengakomodir segenap kepentingan anggota di dalamnya. Tidak terkecuali
di tubuh UKM Pramuka UGM sendiri. Ketika pimpinan dipegang oleh sebuah
kepengurusan baru, maka ada beberapa prosedur dan mekanisme wajib yang
harus dijalankan. Sesuai dengan prinsip dasar dan metode kepramukaan,
maka setiap keputusan yang diambil harus melalui jalan musyawarah untuk
mufakat.
Di UKM Pramuka UGM dikenal istilah musyawarah kerja yang
merupakan forum tertinggi untuk menentukan program kerja apa saja yang
akan dijalankan oleh mereka. Namun sebelum masuk forum tersebut,
rancangan program kerja harus dibahas pada forum yang lebh kecil di
Pimpinan Dewan Racana (Pengurus Operasional) dan di Dewan Racana
(Pengelola secara umum yang telah Pandega). Konflik yang kerap muncul
adalah knflik interpersonal dankepentingan golongan. Hal ini sangat
wajar mengingat Pramuka merupakan organisasi yang berlandaskan prinsip
kekeluargaan.
Selain pada rapat-rapat formal, konflik juga sering
muncul pada kehidupan sehari-hari di Sanggar Bakti (semacam secretariat
di Gelanggang Mahasiswa UGM). Interaksi yang terjadi hari sangat
memungkinkan terjadinya konflik antar anggota. Baik yang sifatnya laten
maupun terbuka. Konflik-konflik tersebut kerap mewarnai perjalanan dan
kehidupan di Sanggar. Sehingga dinamika yang timbul karenanya seringkali
menyulitkan sekaligus menjadi sebuah tantangan bagi pimpinan dalam
mengntisipasinya.
Dalam menyikapi konflik yang terjadi di internal
anggota, personil yang secara fungsional bertanggungjawab adalah
pemangku adat. Peran yang biasanya dipegang oleh anggota yang paling tua
di antara pimpinan lainnya ini adalah sebagai seseorang yang memediasi
konflik yang terjadi. Namun, selain secara personal, terdapat beberapa
badan yang dijadikan alat untuk menyelesaikan konflik jika konflik yang
dirasa tidak dapat dilaksanakan oleh pemangku adat secara personal.
Badan tersebut adalah pendamping dan Dewan Kehormatan.
Pendamping
merupakan seorang kakak (sudah pandega) yang bertugas mendampingi
adiknya (calon pandega) untuk menempuh SKU Pand Pendamping, Pemangku
Adat, dan Dewan Kehormatan adalah beberapa alat yang digunakan untk
melakukan proses komunikasi antaranggota di UKM Pramuka UGM. (GBHKR
Jangka Pendek 2006-2007 Gerakan Pramuka Racana Gadjah Mada dan Racana
Tribhuwanatunggadewi).
Sebagai seorang pendamping, ia
bertanggungjawab atas perilaku dan watak adik dampingannya itu. Begitu
pula dengan konflik yang mungkin muncul dari hubungan tesebut. Dalam hal
ini pendamping berfungsi laiknya orangtua yang mengawasi dan memantau
perkembangan kepribadian dan segala macam kegiatan adik dampingannya
itu. Maka tak jarang seorang dampingan seringkali memiliki karakter yang
sama dengan pendampingnya. Dengan pendampingnya inilah seorang anggota
bercerita dan berkomunikasi lebih intens dibandingkan anggota atau kakak
lainnya. Seorang dampingan dan pendamping memiliki tingkat kepercayaan
lebih tinggi bila dibandingkan anggota lainnya.
Selain itu juga
terdapat Badan Kehormatan. Badan Dewan Kehormatan sedikitnya dihadiri
oleh Ketua Racana, Pemangku Adat, dan Pembina selaku penasihat. Bahkan
jika dipandang perlu, dapat pula dihadiri oleh seluruh anggota Dewan
Racana (yang telah Pandega).
Konflik atau permasalahan yang dibawa ke
badan ini adalah yang menyangkut persoalan serius terkait pelanggaran
Dasa Dharma dan Tri Satya Gerakan Pramuka, Adat Racana, GBHKR, AD/ ART
Gerakan Pramuka, maupun konflik laten antarpersonal yang sulit
dipecahkan. Sementara posisi Pembina dalam badan ini adalah sebagai
penasihat yang hanya dimintai bantuan ketika persoalan dipandang sulit
diselesaikan.
SUMBER :
http://defickry.wordpress.com/2007/09/13/manajemen-konflik-dalam-organisasi/ (diakses pada 21 November 2009)
http://dinny182.multiply.com/journal/item/2 (diakses pada 21 November 2009)
http://jepits.wordpress.com/2007/12/19/manajemen-konflik-definisi-dan-teori-teori-konflik/ (diakses pada 23 November 2009)
http://www.rajawana.com/artikel/pendidikan-umum/253-manajemen-konflik.html (diakses pada 21 November 2009)
http://www.um-pwr.ac.id/web/artikel/225-manajemen-konflik-dalam-organisasi.html (diakses pada 21 November 2009)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar